MANUSIA
BAGAI BUIH
-sajak
legenda-
Asalnya
Kita
cuma buih
bersih
dari tepian
keluar
daripada hembusan
dan
bisikan urutan yang tenang,
Kini
kita
dibawa
arus deras
mengalir
hanyut ketengah
kocakan
gelombang muara sungai,
Lalu
kita
bertemu
dengan alunan laut,
ganas
dan buas menghempas
diri
kita dihimpit dan di lambung terapung,
pecah, mungkin kita tidak kembali lagi ketepi.
Oleh ; Nuri manja,
Di
tepi parit,sungai dan laut.
30hb,
12,1972
10 ulasan:
NGIRUP SECAWAN KOPI
10 BENDA YANG CADANG NAK BELI? ATAU TUKAR BELUM DAPAT LAGI 2015:
1. Radio kecil
2. Linovo pintar
3. Periuk nasi(/)
4. Kettel wesel(/)
5. Langser tingkap
6. Lambari kopi
7. Pinggang dinding
8. Kerusi malas
9. Buat gigi
10. Tukar kereta
11. Jam dinding(/)
12. Sudu set makan (/)
Kata Pamanku kalau kita mahukan sesuatu buat catatan pada buku kecil dalam satu tahun.
Kalau gagal juga , bawa pada tahun hadapan.
Insyallah akan tercapai.
Kata Pamanku lagi cuma mengingatkan ;
Kalau kita kangcil jangan bewrak tahi gajah.
Maaf kami lihat tajuk puisi en nuri
Kami tak faham ?
Apa kata Paman kita bagaikan buih?
Wah itu perkara biasa, lumrah alam.
Kita biasanya datang dari kelahiran yang bersih hasil kasih sayang suami ister .
Bila sudah besar sikit , kita mulai mengenal arus kehidupan, lalu kita pun ikut keadaan , terutama di alam rumaja.
Bila sudah tua , rasanya kenangan lama terakam kembali, jika kita berada dalam keadaan baik selamatlah kita, kurangnya dosa
Jika kita banyak bergelumang dengan onar dan mungkar, hanyutlah kita ikut gelombang kehidupan dan gagal bertaubat , hancur musnahlah kita.
Buih yang hanyut dari parit , ke sungai , dan muara hingga ke laut dipukul gelombang , pecah tidak akan kembali lagi.
Begitulah ke hidupan manusia di dunia ini, jika kita gagal dalam pelayaran , musnahlah hidup kita di pukul gelombang.
BIAR BETUL?
Catat Ulasan